Mayoritas perawatan gigi dan mulut merupakan tindakan yang tidak membahayakan namun ada satu risiko yang mengintai yaitu syok anafilaksis. Syok anafilaksis merupakan reaksi alergi yang parah dan membahayakan nyawa yang dapat terjadi dalam beberapa detik sampai menit setelah terpapar dengan alergen seperti injeksi, konsumsi, aplikasi anestesi atau obat produk dental seperti mouthwash.1
Gejala anafilaksis dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis, menyempitkan aliran udara (airway) yang dapat menyebabkan sulit bernapas. Tanpa perawatan yang segera, hal ini dapat menyebabkan komplikasi sepeti gagal nafas, serangan jantung (karena oksigen yang menipis), kebocoran cairan (fluid leakage) ke paru-paru (pulmonary edema), bahkan kematian.2
Etiologi syok anafilaksis dalam kedokteran gigi
Dalam kedokteran gigi, alasan yang paling sering dalam syok anafilaksis meliputi:
- Anestesi lokal. Beberapa pasien dapat memiliki reaksi alergi ke beberapa tipe di anestesi lokal yang digunakan dalam prosedur dental.1
- Lateks. Lateks ditemukan dalam sarung tangan dan dental material dapat menyebabkan anafilaksis dengan alergi lateks.1
- Antibiotik. Penisilin dan antibiotik yang berhubungan seperti Amoksisilin merupakan penyebab paling sering dalam anafilaksis yang diinduksi oleh obat dalam lingkungan Kedokteran Gigi.1
- Mouthwash dan produk dental lainnya. Kandungan dari mouthwash atau produk dental lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi.1
Insidensi
Sayangnya belum ada data yang akurat mengenai insidensi terjadinya syok anafilaktik yang disebabkan oleh perawatan kedokteran gigi di Indonesia. Namun di luar negeri kejadiannya adalah 1:3500 (Kanada), 1:34000 (Norweigia), 1:10000-20000 (Australia), dan 1:34000 (Amerika). Rata-rata kematian yang disebabkan reaksi anafilaktik adalah 3,5-10% dan frekuensi syok anafilaktik yang disebabkan oleh alat kedokteran gigi yang terbuat dari bahan lateks adalh 5-10%.3
Macam syok anafilaksis dan gejala
Macam syok anafilaksis dapat terbagi menjadi:
- Localized: misalnya angioedema pada bibir.
- Generalized: dapat melibatkan kulit, kardiovaskular, pencernaan, dan sistem pernapasan.
Gejala anafilaksis dapat bervariasi, namun secara khas meliputi:
- Reaksi pada kulit: bentol, gatal, kulit kemerahan atau pucat.
- Perubahan pada mukosa: pembengkakan di bawah permukaan kulit.
- Pembengkakan pada tenggorokan dan lidah, yang dapat menimbulkan mengi dan kesulitan bernapas.
- Rendahnya tekanan darah (hipotensi) dan perasaan lemah.
- Nadi yang cepat dan lemah.
- Mual, muntah, dan diare.
- Pusing atau pingsan.
Gejala di atas biasanya terjadi setelah beberapa menit setelah pemaparan terhadap alergen, namun terkadang bahkan terlambat beberapa jam.

Manajemen:
- Panggil bantuan medis.
- Posisikan pasien > trendelenburg.
- Pastikan saluran nafas terbuka, longgarkan kerah, ikat pinggang.
- Administrasikan oksigen 5-10 L/menit.
- Cek TNP (tensi, nadi, pernafasan) – tanda vital. Bila menurun atau tidak ada: injeksi 0,3-0,5 epinefrin 1:1000 IM.
- CPR bila diperlukan.
- Ulangi injeksi 0,5 epinefrin 1:1000 bila tidak ada respon dalam 10 menit.
- Penanganan tambahan:
- Injeksi dipenhydramine 50 mg IM (antihistamin) bila timbul urtikaria.
- Injeksi hidrokortison 50-100 mg IM untuk mencegah reaksi berulang.
- Injeksi aminophyline 250 mg IV (bronkodilator) bila terjadi bronkospasme.
Pingback: Daftar Keterampilan Bedah Mulut dan Maksilofasial - Info DRG