Mindmap Infeksi Odontogenik

Infeksi adalah suatu keadaan sakit yang disebabkan karena proses masuk dan berkembang biaknya kuman patogen di dalam tubuh. Pada infeksi maksilofasial, kuman patogen bisa masuk melalui beberapa jalur yaitu dentogen, trauma, dan luka tembak. Infeksi yang berasal dari gigi (dentogen) merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi dan dinamakan dengan infeksi odontogenik.

Infeksi odontogenik merupakan infeksi non-spesifik yang berarti kuman yang menyebabkan tidak spesifik atau tidak khas. Yang jadi penyebabnya bisa bermacam-macam mikroorganisme pathogen serta tidak menimbulkan gejala spesifik.

Baca juga: Infeksi.

Etiologi

Ada 3 sumber infeksi odontogenik utama: Penyakit periapikal (berawal dari nekrosis pulpa), penyakit periodontal, dan perikoronitis.

3 tahap klinis infeksi odontogenik

  1. Periapical osteitis terjadi ketika infeksi terlokalisir di dalam tulang alveolar. Walaupun gigi sudah terasa sensitif pada saat perkusi dan sedikit ekstrusi, belum ada pembengkakan jaringan lunak.
  2. Selulitis berkembang setelah infeksi menyebar dari tulang ke jarinagn lunak yang berdekatan. Inflamasi dan edema terjadi dan pasien merasakan pembengkakan lokal, sudah terjadi reaksi positif pada saat palpasi.
  3. Supurasi lalu terjadi dan infeksi membentuk abses yang nampak dan berfluktuasi.

Komplikasi infeksi odontogenik

Infeksi odontogenik merupakan infeksi yang sulit ditangani karena pada awalnya infeksi ini hanya merupakan infeksi dengan stadium yang ringan (infeksi terlokalisir dan hanya memerlukan pengobatan minimal). Namun jika masuk ke spatium, infeksi akan langsung menjadi lebih berat, dapat menyebar dan menyebabkan kematian (jika terjadi sepsis).

Penjalaran infeksi ke struktur jaringan sekitar dapat secara:

  • Periontinuitatum: melalui jaringan ikat jarang/pat space.
  • Hematogen: melalui darah sehingga terjadi septikimia (berkembangnya bakteri dalam darah).
  • Limfogen: melalui pembuluh limfe.

Infeksi fascial space

Fascial space berada di antara lapisan fascial dan dapat berisi dengan material purulen dari infeksi orofasial yang menyebar. Spasia atau rongga yang langsung terlibat disebut primary space (spasia primer). Infeksi dapat menyebar ke rongga atau spasia tambahan yang disebut secondary space (spasia sekunder).

Penjalaran infeksi pada maksila

Potential space pada rahang atas: Canine fossa space, palatal space, dan infratemporal space.

Struktur anatomis: sinus maksilaris, perlekatan otot.

Infeksi odontogenik pada maksila:

Penjalaran infeksi pada mandibula

Potential space pada rahang bawah: Sublingual, submental, submandibular, bukal, submasseter, parapharyngeal.

Otot-otot yang mempengaruhi infeksi mandibula: m. Masseter, m. Buccinator, dan m. Mylohyoid.

Infeksi odontogenik pada mandibula seringkali berakibat serius bahkan fatal bila tidak ditangani secara tepat. Hal ini karena kepadatan tulang mandibula lebih padat daripada maksila sehingga vaskularisasi menurun dan posisi potential space-nya dekat dengan jalur nafas. Pada rahang atas, tulang lebih berongga, vaskularisasi lebih banyak, sehingga penyembuhan lebih cepat terjadi.

Infeksi odontogenik pada mandibula:

Prinsip terapi infeksi odontogenik

  1. Tentukan keparahan infeksi.
  2. Evaluasi status host defense mechanism (pertahanan tubuh pasien).
  3. Tentukan apakah pasien harus dirawat oleh dokter gigi umum atau spesialis (seleksi kasus).
  4. Rawat infeksi secara bedah.
  5. Suport pasien secara medis (asupan gizi yang cukup).
  6. Tentukan dan resepkan antibiotik yang sesuai.
  7. Berikan antibiotik secara tepat (oral atau intravena).
  8. Selalu evaluasi keadaan pasien (karena proses berkembangnya infeksi bisa cukup cepat).

Perawatan abses odontogenik

Prinsip utama perawatannya yaitu melakukan drainase pus dan debris, serta mengangkat sumber infeksi yang dapat berupa pulpa yang sudah nekrosis atau poket periodontal.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan 3 cara:

  1. PSA (drainase melalui saluran akar).
  2. Ekstraksi gigi penyebab.
  3. Insisi melalui permukaan jaringan lunak abses dan drainase.

Drainase dapat menurunkan tekanan jaringan, sehingga dapat memperbaiki suplai darah lokal dan meningkatkan jumlah sel pertahanan tubuh ke daerah yang terinfeksi.

Prosedur insisi dan drainase dapat dilakukan secara:

  • Intraoral di ruang praktik dokter gigi.
  • Ekstraoral di ruang OK.

Pemberian antibiotik

Indikasi pemberian antibiotik:

  • Adanya keterlibatan sistemik seperti: demam, leukositosis, malaise, kelelahan, lymphadenopathy, dan naiknya nadi.
  • Infeksi tidak terlokalisasi namun meluas dan berkembang. Infeksi menyebar hingga meliputi fascial space ekstraoral (pertahanan tubuh host lemah).
  • Infeksi tidak berkurang dengan intervensi bedah.
  • Infeksi akut dengan pembengkakan yang menyebar dan rasa sakit yang sedang hingga berat (tahap selulitis).
  • Infeksi jenis apa pun pada pasien dengan kompromis medis karena berisiko terjadi endocarditis.
  • Osteomyelitis.

Indikasi hospitalisasi

  • Demam tinggi.
  • Dehidrasi.
  • Trismus.
  • Sakit hebat.
  • Pembengkakan yang besar dan meluas.
  • Naiknya lidah.
  • Pembengkakan submandibula bilateral.
  • Perubahan neurologis.
  • Kesulitan bernapas dan menelan.
  • Leukosit (WBC > 10.000).
  • Penyakit sistemik.
  • Membutuhkan antibiotik parenteral.
  • Membutuhkan drainase ekstraoral.

Referensi:

  1. Archer WH. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol. One, 5th ed., WB Saunders Company, Philadelphia, 1975
  2. Peterson. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd ed., CV Mosby Company, 1993
  3. Topazian & Goldberg: Management of Oral and Maxillofacial Infection
  4. 15 Dental Secrets.

By Infodrg

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *