Suatu keadaan reaksi yang berubah; respons bereaksi secara berlebihan. Terdapat 2 kelompok besar yakni: Sensitivitas yang dimediasi oleh antibodi dan hipersensitivitas yang dimediasi oleh sel.

Sensitivitas yang dimediasi oleh antibodi yang telah mensensitisasi basofil dan atau sel mast (tipe I, II, dan III).

Hipersensitivitas yang dimediasi oleh sel (Tipe IV). Menurut Simon (1994) proses imun ini dapat pula terjadi pada jaringan pulpa dan jaringan periapeks.

Hipersensitivitas Tipe I

Pada tipe ini terjadi stimulasi sel mast dan basofil yang sebelumnya telah tersensitisasi oleh antigen yang diperantarai oleh IgE. Hal ini mengakibatkan degranulasi sel-sel dan keluarnya histamin dan metabolit asam arakhidonat dengan segala akibatnya.

Hipersensitivitas Tipe II

Hipersensitivitas ini dibantu oleh IgG dan IgM yang akan bereakksi dengan antigen permukaan dan menimbulkan efek sitotoksik baik berupa pengaktifan komplemen, yang hasil akhirnya adalah lisis sel atau fagositosis oleh makrofag, sel PMN, atau sel K.

Hipersensitivitas Tipe III

Hipersensitivitas ini juga dimediasi oleh IgG dan IgM dan melibatkan fiksasi komplemen. Antigen bebas membentuk kompleks dengan antibodi yang akan mengakibatkan aktifnya kaskade komplemen.

Hipersensitivitas Tipe IV

Hipersensitivitas tipe IV disebut juga hipersensitivitas tipe lambat (delayed hypersensitivity) karena reaksi timbul lebih lambat daripada tipe lain, umumnya lebih dari 12 jam, tidak melibatkan antibodi melainkan sel limfosit T. Biasanya reaksi ini terjadi ketika individu yang telah tersensitisasi karena antigen lagi. Sel-sel aksesori menyajikan antigen ke sel T yang telah tersensitisasi, dan sel T melakukan transformasi bias. Sel T mengekspresikan limfokin dan makrofag akan merilis enzim lisosom dan merusak jaringan inang. Contoh reaksi hipersensitivitas tipe IV adalah reaksi kontak, reaksi tuberkulin, dan reaksi granuloma.

By Infodrg